Jumat, 22 Mei 2009

AGAMA DAN MANUSIA

Agama Dan Manusia

A. Pengertian Agama

Agama dalam bahasa sangkrit berarti “a” berarti “tidak” sedangkan “gama” berarti “pergi”. dengan demikian agama dalam bahasa sangkrit berarti tidak pergi, tetap ditempat, karena merupakan warisan secara turun-temurun.

Agama dalam bahasa semit berarti bahwa undang-undang atau hukum. Kalau dalam dalam bahasa arab dikenal dengan “milah” atau “addin” yang berarti menguasai, menunjukkan, mematuhi dan balasan.

Agama dalam istilah (terminologi) mempunyai arti secara umum dan khusus :

Ø Secara umum adalah berarti seperangkat aturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia ghaib, dengan sesama manusia dan lingkungannya.

Ø Secara khusus adalah berarti bahwa sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok masyarakat dalam mengenterpretasi dan memberi respon terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang ghaib dan suci.

B. Klasifikasi Agama

Agama ditinjau dari segi sumbernya, maka agama (tata keimanan, tata perbuatan, dan tata aturan) itu dapat dibedakan atas dua bagian :

1. Agama samawi : agama yang bersumber kepada allah swt dan para utusannya.

2. Agama ardhi : agama yang tidak jelas sumbernya (nabinya) tapi pencetusnya dikenal.

Klasifikasi agama ditinjau dari keesaan tuhan, maka ada dua bagian :

1. Monoteisme : agama yang menganut satu tuhan

2. Politeisme : agama yang menganut banyak tuhan

C. Kebutuhan Manusia Akan Agama

Kalau kita memahami siapa sebenarnya manusia maka di sini banyak para tokoh berpendapat tentang manusia itu :

Menurut kaum Humanis (Maslaw, Rassiaw, Golden Alfort) sebenarnya manusia itu adalah makhluk yang baik, suka menolong dan bersahabat, bercinta, dan suka berkorban untuk orang lain. Secara alamiah manusia bersih dari segala kejahatan.

Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang berkenaan dengan manusia yang terdapat dalam surat Al-Hijr ayat 28 – 29

“Dan ingatlah, ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat : sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”.

Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”.

dan surat As-Sajadah ayat 7 – 9.

“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebai-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah”.

“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)”.

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)-nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.

Dalam ayat di atas telah jelas bahwa manusia itu diciptakan dari tanah dan unsur-unsur yang lain, yang kemudian ditiupkan roh tuhan di dalamnya dan diciptakan dari air mani dan juga ditiupkan roh tuhan. Jadi manusia diciptakan dari barang yang menjijikkan akan tetapi di sisi lain, manusia itu adalah makhluk yang mulia walaupun diciptakan dari tanah dan air hina karena tanah itu menyimbolkan bahwa manusia itu adalah makhluk yang mempunyai sifat rendah diri dan roh menyimbolkan dari kesuciannya. Maka manusia itu membutuhkan pegangan sebagai pembimbing dalam kehidupannya dan juga manusia itu adalah bidimendisonal paradoksal.

Menurut Sigmund Fruad seoarang ahli jiwa mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang digerakkan oleh naluri biologis, aspek-aspek biologis, anggota tubuh dan tindakannya, karena kebutuhan biologis adalah merupakan suatu kebutuhan primer yang pada dasarnya manusia itu adalah jahat, maka dari sinilah manusia itu membutuhkan dan memerlukan akan agama. Karena dengan agama itu manusia meminalisir kejahatan yang ada pada diri manusia, agama adalah merupakan suatu pegangan manusia dalam kehidupannya. Karena manusia tanpa pegangan dalam kehidupannya, maka manusia itu tidak akan menemukan kepastian dalam kehidupannya.

D. Peranan Agama

Untuk mengetahui peranan agama dalam kehidupan manusia, maka perlu diketahui proses pertumbuhan agama, pertumbuhan agama menurut penganut :

1. Hipotesis kaum Marxis : menyatakan bahwa manusia itu membutuhkan agama karena klasifikasi kelas-kelas sosial

2. Hipotesis kaum Sigmend Frote : menyatakan bahwa agama muncul karena penekanan naluri biologis.

Jadi manusia itu sangat mempunyai ketergantungan pada agama karena dengan agama manusia dapat menentukan arah kehidupannya, yang pada akhirnya mempertegas peranan agama bagi manusia, diantara peranan agama adalah sebagai sumber ilmu dan petunjuk arah perubahan.

II. Dimensi-Dimensi Keberagaman Manusia

Rolan Roberson dalam bukunya Sociologi of Religion, mengemukakan bahwa tiap agama itu terdiri dari 5 dimensi :

1. Dimensi ritual , berupa upacara-upacara keagamaan atau ritus-ritus religius

2. Dimensi mistikal (tasawuf), yaitu yang berkenaan dengan pengalaman keagamaan yang pada suatu waktu seseorang akan mencapai pengetahuan yang subyektif.

3. Dimensi ideologikal yaitu sesuatu yang berkenaan dengan kepercayaan tentang eksistensi menusia dihadapan tuhan dan makhluk tuhan lainnya.

4. Dimensi intelektual yaitu sesuatu yang berkenaan dengan tingkat pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran dan doktrin-doktrin agama.

5. Dimensi sosial atau konsekuensi yaitu sesuatu yang berkenaan dengan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat.

Atas dasar-dasar agama tersebut seorang psikolog (Gordon W Allport) yang terkenal, meggolongkan penganut agama, pada dua tipe yaitu intrinsik dan ekstrinsik.

1. Tipe intrinsik : menunjukkan pada sikap keberagamaan yang tidak sesungguhnya.

2. Tipe ekstrinsik : menunujukkan pada sikap keberagamaan yang sesungguhnya.

A. Pengertian Agama Islam

Dalam bahasa arab Islam berarti “pasrah” atau “berserah diri”, sikap pasrah atau berserah diri kepada tuhan tidak saja merupakan ajaran tuahn kepada hambanya, tetapi ia diajarkan oleh-Nya dengan disangkutkan kepada alam manusia itu sendiri, dengan kata lain, ia diajarkan sebagai pemenuhan alam manusia, sehingga pertumbuhan perwujudannya pada manusia selalu bersifat dari dalam, tidak tumbuh, apalagi dipaksakan dari luar.

B. Islam Sebagai Agama

Agama yang benar adalah yang bersikap pasrah (Islam) kepada tuhan, pencipta seluruh langit dan bumi.tanpa sikap itu suatu keyakinan keagamaan tidak akan memiliki kesejatian. Maka agama yang benar disisi tuhan (Allah) ialah sikap pasrah (Islam) yang tulus kepada-Nya, yaitu dalam istilahnya Al-Qur’an Al-islam dan setiap penganut keyakinan agama selain daripada Al-islam dengan sendirinya tidak akan diterima oleh Allah. Karena sikap pasrah kepada Allah itu merupakan tuntutan alami manusia, maka agama yang sah tidak bisa laini daripada sikap pasrah kepada Allah. Maka tidak agama tanpa sikap itu, yakni keagamaan tanpa kepasrahan kepada tuahan tidak sejati. Karena prinsip-prinsip itu maka semua agama yang benar pada hakekatnya adalah Islam, yakni semuanya mengajarkan sikap kepasrahan kepada sang maha penciptanya.

Dengan melihat makna Islam dan fungsi nabi Muhammad tersebut, maka jelaslah bahwa ajaran atau agama yang dibawa semua rasul itu adalah asal dan mengandung kebenaran yang sama, yakni kebenaran tentang kesucian. Allah menuntut agar setiap manusia tunduk, patuh, dan pasrah kepada-Nya, akan tetapi ajaran sebelumnya atau agama yang dibawa oleh rasul-rasul sebelum nabi Muhammad itu bukan sebagai ajaran atau agama Islam. Karena ajaran-ajaran rasul sebelum nabi Muhammad hanya terbatas pada produksi dan intuasi lokal tertentu dan masih belum ada nama Islam. Sebagaimana yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an surat An - Nahl ayat 119, surat Ibrahim ayat 4, surat Yunus 47, dan surat Al - Haj ayat 67. Sedangkan ajaran-ajaran Allah yang dibawa nabi muhammad ini oleh Allah telah diberi nama agama Islam sebagaimana dijelaskan dalam Al - Qur’an surat Al - Maidah ayat 3

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai , darah, daging babi yang disembelih atas nama selain Allah, yang mencekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, keuali yang sempat menyembelihnya, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-ucapkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dan surat Ali - Imran ayat 85.

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.

A. Aspek-Aspek Ajaran Islam terdiri dari :

Ø Iman : adalah sesuatu pernyataan dengan lisan yang diyakini dengan hati dan diwujudkan atau dibuktikan dengan perbuatan.

Ø Ibadah :

Ø Sosial :

Ø Sejarah : adalah ibroh (pelajaran) agar tidak melakukan hal yang tidak baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar